Apa Kabar Sepak Bola Indonesia

Apa Kabar Sepak Bola Indonesia

Save Timnas Indonesia!
Save Tim Garuda Muda!
Save Indonesia!
Save Indonesian!

Sabtu, 06/02/2016_Apa kabar sepak bola indonesia? Apa kabar PSSI? Siapa yang tahu. “Sungguh malang nasib para atlet sepak bola indonesia”.
Hingga saat ini kisruh dalam tubuh PSSI dan Kemenpora masih belum berakhir yang menyebabkan vakumnya seluruh kompetisi di Negeri ini. Banyak pihak yang dirugikan akibat perselisihan dalam persepakbolaan Indonesia. Entah sampai kapan persoalan ini berakhir, kita “Pecinta Bola Tanah Air” hanya bisa menunggu.

image

Bagaimana nasib para atlet Sepak Bola di Indonesia?
Kemana mereka harus mengaduh?
Mengingat pertumbuhan para atlet sepak bola Indonesia terus meningkat dan persoalan ini masih belum menemukan titik terang, karena itu perselisihan ini harus didorong untuk segera dibenahi. Semua pihak yang bertanggung jawab harus mampu mencairkan persoalan ini secepat mungkin. Jika tidak, para atlet sepak bola di tanah air terlantar.

Sejauh ini ada sekitar 17 ribu atlet sepak bola di indonesia yang terdaftar dalam setiap kompetisi. Belum terhitung dengan manager dan tenaga kerja yang ada di klub. Kita tidak tahu seperti apa nasib para atlet sepak bola Indonesia jika perselisihan ini tak kunjung berakhir.

Tak dapat dipungkiri, perselisihan dalam persepakbolaan indonesia telah memperbanyak daftar pengangguran di Indonesia. Selain itu, perselisihan ini juga bisa mengurangi respect dan simpati masyarakat terhadap persepakbolaan Indonesia.

image

Disisi lain, masyarakat indonesia juga merindukan panasnya persaingan liga di indonesia. Masyarakat Indonesia mendambakan kompetisi cabang olahraga ini bergulir kembali.

Masyarakat Indonesia tidak ingin mengetahui, perselisihan apa yang ada di dalam tubuh PSSI dan Kemenpora. Masyarakat Indonesia juga tidak ingin mengetahui, seperti apa keputusan atau sanksi FIFA atas persepakbolaan Indonesia.
Pecinta sepak bola tanah air hanya ingin mengetahui, kapan Liga Indonesia bergulir kembali.

Viva Sepak Bola Indonesia!

Saya, Jakarta & Ikan Tongkol Bakar

Senin, 18/01/2016 – Pada 2012 yang lalu, saya hijrah ke kota Metropolitan alias Jakarta. Saya adalah perantau yang berasal dari Manggarai – Flores – NTT. Anak pertama dari 6 bersaudara. Lahir dari keluarga sederhana.
Saya adalah mahasiswa Teknik Informatika – semester VI di sebuah Perguruan Tinggi Swasta, tepatnya di Universitas Nasional Jakarta (Selatan).

image

Mengapa harus kuliah di Jakarta? Saat di sekolah menengah saya ingin sekali mengenyam pendidikan di sini. Itulah impian saya saat itu. Orang Tua menyetujuinya. Impian itu pun terwujud.

Identitas saya adalah Mahasiswa!
Sebagai mahasiswa, saya sadari bahwa banyak tuntutan dan kebutuhan yang harus dipenuhi dan dilengkapi demi menunjang proses pendidikan saya di sini. Sekali lagi, kehadiran saya di kota ini untuk melanjutkan pendidikan. Untuk melengkapi semua kebutuhan yang ada, untuk membiayai hidup dan pendidikan maupun kebutuhan lainnya, saya membutuhkan suntikan dana agar saya tetap berdiri dan tidak terhambat.

Sekedar berbagi :
Setelah sekian lama berada di kota ini, saya berpendapat bahwa hidup di kota metropolitan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Benar orang bilang, Jakarta itu mahal. Tidak ada yang gratis di sini.

Sebagai Mahasiswa, hal yang perlu dan penting saya perjuangkan setiap saat adalah bagaimana menjadi pribadi yang sadar & tahu diri.

Identitas saya adalah seorang pengemis!
Mengapa pengemis? Saya selalu meminta. Hingga saat ini hidup saya sepenuhnya masih mengharapkan donasi. So, saya harus sadar & tahu diri, siapa saya!  Dan Alhamdulilah, hingga detik ini Orang Tua saya selaku donatur setia masih mampu memberikan apa yang saya butuhkan.
Tuhaaan, berikanlah mereka kesehatan!
Begitulah Doa yang selalu saya panjatkan!

image

Hingga saat ini identitas saya tetaplah Mahasiswa sekaligus Pengemis.

Jakarta. Sudah hampir 4 tahun lamanya saya tinggal di kota ini. Kota yang indah kalau di malam hari, kota paling macet se-indonesia, kota yang sering dilanda banjir dan kota paling sibuk. Kurang lebih seperti itulah gambaran dari kota Jakarta, versi saya. Saya sudah terbiasa dengan keadaan seperti itu.

Hari ini, di Jakarta, pengalaman perdana Saya berjumpa dengan Ikan tongkol bakar. Bagi saya, ini  pengalaman yang perlu disimpan & selalu diingat. Sudah sekian lama saya luntang lantung di sini, sudah sekian banyak tempat makan yang pernah saya jajaki, namun saya belum pernah menyantap ikan tongkol bakar. Saya sering makan Ikan tongkol bakar sih, tapi di Flores sana.

image

Barangkali ada yang ingin tahu mengapa ikan tongkol bakar dibahas khusus di sini?
Spesial. Makan ikan tongkol bakar untuk pertama kali di Jakarta!
Enaknyaa bukan main!

Sekiaaan yeee Mas Broooo……
Next Timeeee yee 🙂

ALAT KEAMANAN NEGARA Sedang diuji Kualitasnya!

Save Jakarta!
Save Indonesia!
Save Indonesian!

14/01/2016 Jakarta – Sarinah Thambrin dikejutkan oleh Bom dan adu Tembak antara  Polisi & kelompok pelaku Teror. Peristiwa ini menelan korban yang cukup banyak. Ada yang meninggal, sekarat di RS dan tak sedikit masyarakat dihantui oleh rasa takut & kecemasan yang mendalam. Indonesia mulai dipermainkan oleh kelompok-pelaku teror.

 
image

Pelbagai spekulasi muncul menyikapi peristiwa terkutuk yang terjadi pada hari ini. Ada yang mengatakan, ada Isis dibalik peristiwa ini. Opini lain muncul bahwa kelompok Gavatar mulai memberanikan diri muncul di permukaan. Siapapun mereka, saya hanya ingin mengatakan perketat keamanan.
Siapapun mereka, saya hanya ingin  mengatakan alat keamanan negara harus bersinergi dalam mengantisipasi & mencegah adanya pelaku teror atau pun kelompok teror.
Jangan tunggu kelompok terkutuk ini muncul di permukaan dan kita hanya bisa menyaksikan mayat bergeletakan akibat aksi bejat mereka.

Satu sisi secara pribadi, saya mengutuk pelaku teror yang sudah membuat kita “Indonesian” dihantui kecemasan dan ketakutan. Namun di sisi lain, saya juga mengkritisi pemerintah yang  kurang memperhatikan keamanan. Misalkan saja, Bandara Internasional Soeta, hanya menempatkan sedikit personil untuk menjalankan tugas sebagai keamanan. Katanya NKRI negara yang berkelimpahan personil keamanan Negara. Manaaa?

image
PosPol Hancur

Coba lihat di TKP hari ini, personil TNI muncul setelah keadaan reda. Yang berperan aktif hari ini hanya personil yang berkostum polisi. Selalu saja seperti itu.

Yaaaaaaa .. Polri, Tentara, Densus, Banser, adalah alat keamanan Negara. Namun, tak jarang pula mereka yang menjalankan mandat untuk menjaga Negara – tugas keamanan Negara malah berupaya untuk saling menjatuhkan. Contoh sederhana, beberapa hari yang lalu ada polisi yang babak belur dipukuli oleh anggota TNI. Lucuuuuuu bukan!

image
Sarinah Thambrin 14/01/2016

Peristiwa hari ini akibat dari kelemahan negara yang serahkan urusan keamanan hanya kepada satu pihak. Pihak lain tidak dilibatkan.
Satu lagi, Bibit – bibit teroris seharusnya dibasmi sejak awal. Ormas/sekelompok orang yang selalu menciptakan kerusuhan saja sangat sulit untuk dibendung. Apalagi jika peristiwa yang terjadi pada hari ini terus bermunculan, pasti ketar – ketir.

Jadilah peristiwa Sarinah – Thambrin sebagai pelajaran untuk kita semua.
Waspadalah!

Bagaimana komentar anda tentang peristiwa pengeboman & penembakan yang terjadi pada Kamis, 14/01/2016 di Sarinah -Thambrin?

SYUKUR PERAK IMAMAT P. Carlos, SVD

P.Karolus, Tak ada yang spesial dapat kami berikan di hari yang bahagia ini, hanyalah sebuah ucapan yang tulus dan iklas dari lubuk hati yang paling dalam,

    “Selamat Merayakan Pesta Perak Imamat”

“Tetap semangat dan selalu tersenyum dalam menjalani Hidup sebagai Pelayan Umat- Imam, tetap menjadi nahkoda yang selalu siap dan tegar menghadapi badai kehidupan”

           Syukur Perak Imamat,

        P.Karolus Kelalu, SVD

image

“IA MENUNTUN AKU DI JALAN YANG LURUS

 (Mz 23 ; 3)

     (19 Agustus 1990-19 Agustus 2015)

Dua Puluh Lima Tahun Usia ImamatMu,

Dua Puluh Lima Tahun engkau menikmati indahnya hidup sebagai Imam Tuhan.

Kami Sekeluarga tahu hari ini begitu berharga, spesial, sempurna dalam hiudpmu,

We Love You P.Karolus Kelalu, SVD

Napak Tilas PMKAJ (Pastoral Mahasiswa Keuskupan Agung Jakarta)

Napak Tilas : Bukan Sekadar Mengenang Kisah Sengsara Yesus

11109157_877483098990896_6020580885756011788_n
KMK (Keluarga Mahasiswa Katolik) Universitas Nasional Jakarta saat berpose bersama Mgr Ignasius Suharyo, Uskup Agung Jakarta

Napak Tilas alias NapTil sebagai salah satu dari sekian banyak ProKer Tahunan Keluarga PMKAJ (Pastoral Mahasiswa Keuskupan Agung Jakarta) dan acara ini selalu dicantumkan dalam kalenderium kerja. Napak Tilas tepatnya dilakukan pada malam Jumat Agung. Begitu menarik dan tertantang melihat bagaimana perjuangan para pejalan kaki (partisipan) berbondong-bondong menyusuri jalan dari Wisma SJ Depok menuju Gereja Katedral Jakarta. Perjalanan yang sangat panjang, pengalaman berkesan religious tentunya sangat mamacu semangat partisipan untuk terus mengarah ke depan hingga titik akhir perjalanan. Para partisipan telah menunjukan bagaimana pergulatan melawan rasa lelah, menguji ketahanan diri dalam menyusuri jalan yang panjang, yang tak lain sebagai bukti kesanggupan diri.

Anggapan lazim seluruh anggota keluarga PMKAJ bahwa Napak Tilas yaitu menapaki-menyusuri kembali jalan yang ditempuh Yesus dari Taman Getzemani hingga Puncak Golgota. Setelah acara ini dibuat diharapkan seluruh peserta Napak Tilas sungguh menghayati, merasakan kembali seperti apa Yesus berkorban, bukan hanya sebatas seremonia, serta bagaimana kita mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Napak Tilas dibuat untuk mengenang perjuangan dan merasakan penderitaan Yesus. Mengapa itu perlu?

Saya ingin mengajak para saudara untuk merenung kembali bagaimana perjuangan Yesus saat memikul salib, menyusuri jalan, melewati penderitaan hingga berada di Bukit Golgota.

“Perjalanan Yesus (Perjuangan dan PenderitaanNya) menuju puncak Golgota sungguh tidak sebanding dengan apa yang kita rasakan saat Napak Tilas. Perjalanan Yesus tidak akan pernah terbayarkan. Yesus sebagai Putra Allah telah menunjukan bagaimana Ia merelakan diri menderita, membiarkan diri dihujat, rela disalibkan tanpa ada perlawanan, setia memikul salib, dan masih ada hal lainnya. Yesus melakukan semuanya itu untuk menyelamatkan umat manusia, sebagai tanda dan bukti bahwa Ia sanggup melakukan apa saja demi kita pengikutNya. Ia (Yesus) ingin menunjukan seperti apa cinta dan kasih yang sebenarnya. Apa yang telah diperbuat oleh-Nya bukan sebuah keharusan, tetapi kehendak untuk mengorbankan diri secara total (kepada Allah- Ia melakukan sepenuhnya untuk Umat Manusia), bentuk kerendahan diri di hadapan Allah, sebagai pembuktian akan kasih dan cinta yang begitu besar kepada seluruh umatNya”

Kita adalah anggota keluarga PMKAJ. Kita adalah Gereja (Umat Allah). Kita adalah pengikut Kristus. Identitas sebagai pengikut Kristus berarti kisah dan kesaksian hidup Yesus harus diteladani. Meneladani hidupNya bukan dilakukan secara terpaksa tetapi harus ada kesungguhan dari dalam untuk melanjutkan karya dan ajaranNya di antara sesama. Kesaksian hidup Yesus mengajarkan apa itu cinta dan kasih sesungguhnya.

Yesus berkarya bukan dengan kesombongan diri, Ia tidak pernah berkampanye bahwa Ia adalah yang Terpilih, Ia tidak pernah berkoar-koar di hadapan banyak orang siapa Ia sesungguhnya. Ia tidak pernah beorasi di depan orang banyak bahwa Ia bisa melakukan apa saja, dan sebagainya”

Saya merefleksikan, Napak Tilas seutuhnya bukan sekadar mengenang perjuanganNya saat memikul salib menuju Golgota atau merasakan penderitaanNya tetapi lebih kepada mengenang perjalanan hidupNya. Perjalanan hidup Yesus, karya dan ajaranNya harus menjadi contoh bagi kita sebagai pengikutNya. Kita yang beridentitaskan anggota Keluarga PMKAJ tidak dituntuk untuk melakukan hal serupa seperti yang telah dilakukan Yesus. Tetapi kita yang berada dalam satu wadah (Keluarga besar PMKAJ) harus  meneruskan karya Yesus dengan cara kita masing-masing dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kita adalah pengikut Kristus yang secara kebetulan berkumpul bersama dalam satu Rumah yaitu PMKAJ. Dan yang tak terbantahkan, kita adalah sebuah keluarga besar. PMKAJ menjadi rumah bagi kita untuk berkarya dan berekspresi. Berkarya tidak harus melakukan hal-hal yang besar. Berkarya di sini bukan untuk mencari kehormatan, memberikan yang terbaik bukan untuk mendapat pengakuan bahwa anda adalah satu-satunya yang mampu, melakukan sesuatu bukan untuk mencari keuntungan, menjadi pemimpin bukan untuk mendominasi yang lain. Jangan pernah merasa kelompok anda lebih dari kelompok lain.

PMKAJ bukan menjadi tempat untuk berkompetisi, bukan sebagai wadah untuk menjual kualitas pribadi ataupun kelompok, bukan untuk berlomba-lomba mencari perhatian dari pendamping. Di rumah ini pula (PMKAJ) kita diarahkan untuk belajar memberikan diri secara total dengan melayani sesama, membuka pintu hati bagi yang membutuhkannya, belajar untuk bersolidaritas, menerima orang lain dengan kerendahan hati dan tangan terbuka, belajar untuk menyapa orang lain, dan sebagainya.

Mengingat kita adalah sebuah keluarga maka kepeduliaan akan sesama harus diutamakan. Kita belajar untuk saling memperhatikan. Sangat perlu dan dibutuhkan karena kita menginginkan keluarga yang harmonis. Sikap kepedulian diutamakan agar lebih mudah membina dan menjaga relasi persahabatan serta terciptanya suasana nyaman, karena kita di rumah ini sangat mejunjung tinggi fraternitas (persaudaraan).

Jangan pernah menganggap diri lebih dari yang lain. Di tempat ini kita diajarkan untuk mengutamakan kebersamaan (Communio), belajar untuk menghargai sesama; sama halnya memberikan kesempatan yang sama kepada saudara lain untuk melakukan sesuatu asalkan itu positif sehingga kesan “mendominasi” tidak pernah ada.

Perlu menghargai usaha saudara lain. Kerap kali kita memberikan penilaian yang menyudutkan karena usaha (tugasnya) dinilai tidak sukses berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan komunitas. Saat ada yang melakukan kesalahan, pihak yang bersangkutan pasti mendapatkan kritikan pedas dan bahkan kesalahan itu akan menjadi bahan pembicaraan  yang berkepanjangan. Kita mesti membangun sikap positif dengan saling mendukung, memberikan masukan yang membantu, sehingga tidak memicu lahirnya sentimen pribadi. Dan masih banyak hal lainnya yang perlu kita sadari dan pelajari.

Omnes Vos Fratres Estis 

Sekali lagi, perlu disadari bahwa kita adalah sebuah keluarga besar (PMKAJ). Kita hidup dalam satu persaudaraan, dibesarkan dalam ajaran yang sama (Cinta dan Kasih), dan  diarahkan untuk menjadi pribadi (generasi muda) berkarakter dan beridentitaskan katolik. Yesus sendiri telah memperlihatkan bagaimana Ia menyatakan Cinta dan KasihNya, Ia menyanggupkan diri berkorban untuk seluruh umatNya. Yesus tidak pernah mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun. Tetapi Ia telah memberikan “pengetahuan berharga”, dan kini saatnya bagi kita untuk menerapkan.

Kini saatnya kita belajar untuk menjadi pelayan bagi sesama, belajar untuk menerima saudara lain apa adanya, belajar untuk melihat sesama sebagai saudara, merangkul semua orang tanpa melihat status, bersahabat tanpa melihat asal usul (entah dia berasal dari kelompok UI, PNJ, UNAS, dan lainnya), dan masih banyak hal lainnya. Sederhana, dan menurut saya, seperti itulah pengetahuan yang diajarkan Yesus selama Ia hidup.

Pemimpin Seperti Apa Yang diharapkan dalam PILKADA Manggarai yang akan Datang?

image

©Siapa yang anda pilih, Dialah yang terbaik©

Pemilihan Kepala Daerah di Manggrai sebntar lagi dipentaskan. kita sebgai masyarakat manggrai tidak hanya bermimpi tentang perubahan daerah kearah yg lebih baik, but ingat, kita sendiri yg menjadi penggerak agar perubahan itu terwujud. Masyarakat sendirilah yg mnjadi pembawa dan penentu arah perubahan bagi masa depan manggrai.

Perubahan seperti apaa yang kita impikan untuk daerah manggarai?

Pada dasarnya kita mengharapkan adanya perubahan. saya yakin, kita memiliki gambaran bervariasi berkaitan dengan wajah manggrai untuk kedepan yg dirangkum dalam cita2 & harapan bersama.
kita tidak mungkin mnghasilkan sesuatu yg baru tanpa ada inisiatif untuk mlakukan gebrakan baru pula demi trciptanya perubahan itu sendiri.

Zaman telah berubah. Stiap zaman selalu punya tantangannya sendiri. saya yakin, kita tidak hanya mnjadi penonton atau penikmat dri setiap perubahan “zaman” tetapi dituntut mnjadi aktor utama dalam merespon tantangan dan persoalan zaman.

Kita “masyrkat manggrai” tidak trlepas dari tantangan dan persoalan itu. so, kita mesti bersinergi dalam menanggapinya. Masyarakat dan pemerintah bekerja sama mempermudah mncari solusi dalam mnghdapi apa yg telah dijabarkan di atas.

© Masyarakat perlu berpikir keras & bekerja cerdas dalam menghadapi persoalan dan tantangan dalam kesehariannya, misalkan bagaimana masyarakat berupaya mencukupi kebutuhan hidup dengan mengandalkan sumber daya yang ada (pertanian, perkebunan, berwirausaha, dsbnya).
Sepenuhnya mengandalkan pemerintah adalah kesalahan besar. Masyarakat harus bisa mandiri.

© Selain masyarakat itu sendiri, pemerintah juga harus ikut ambil bagian dalam  “pembangunan/pemberdayaan masyarakat”. Pemerintah mesti fokus membantu masyarakat di setiap sektor, tujuannya agar masy. mampu berkompetisi, mengasah ketrampilan dalam industri & ekonomi kreatif, kewirausahaan, dan sebagainya.  Pemrintah dalam hal ini berperan mefasilitasi masyarakat, misalkan dengan penyuluhan dan pelatihan atau hal lainnya.

Relevansi dengan pemilihan kepala daerah yg sebntar lagi dipentaskan, barangkali kita lebih mencari sosok pemimpin yg mampu mewujudkan cita2 seprti yg kita harapkan.

Nah, kitaa harus jeli dalam memilih pemimpin. syaa hanya mencoba berbagi pikiran mengenai figur pemimpin yang nantinya kitaa pilih dalam petas pemilukada.

© cari figur pemimpin yg memiliki kapasitas dan berkopetensi, memiliki kredibilitas yg bersih, memiliki visi yg luar biasa/ misi yg jelas/ strategi yg luar biasa dan diharapkan akan mendapat hasil yg luar biasa pula.

© masy. mnggrai harus mencari figur pemimpin yg bersih, berani memberantas mafia korupsi APBD misalkan jatah2 proyek. Jangan mencari calon pemimpin yang menghamburkan duit untuk membeli suara rakyat. Karena tipe pemimpin seprti ini, akan memperhitungkan semua total biaya pilkada. akibatnya, kepentingan masyarakat tidak lagi mnjadi yang utama.

© Mencari figur pemimpin yang berkomitmen dan selalu siap untuk mengembangkan potensi-potensi daerah.

© cari figur pemimpin yang mampu mengubah cara pikir/ gagasan, sistem dan struktur agar mempermudah proses pembangunan. Tanpa ada pengaruh trhadap struktur dan sistem dapat mempersulit trwujudnya infranstruktur bagi masyarakat. selain infrastruktur pola pikir masyarakat manggarai harus dibangun.

© Cari figur pemimpin yg menghargai ide dan kreativitas anak anak muda.

© Cari figur pemimpin yang memiliki gagasan besar, jaringan yang kuat, dan memiliki nama besar.

© Satu lagi, berhenti memilih pemimpin secara emosional ( karena keluarga, karena 1 keyakinan, karena sudah pernah dibantu, karena dia bos, karena kakak/ adik dll) tapi pilihlah pemimpin secara cerdas ( rasional)’

© dll.

saya yakin, kita “msyarakat manggrai” mendambahkan kesejahteraan. so, carilah figur pemimpin yang bisa mendampingi rakyat dengan menjalankan visi dan misi demi cita2 bersama. cari figur pemimpin yang mampu mngambil langkah untuk melakukan perubahan, mampu mewujudkan harapan dan cita2 masyarakat.

Proses tanpa Akhir Sunday, Februari 15, 2015 1:44 PM

images

Menjalani hidup dengan penuh keterbatasan membuat kita betah untuk berjuang serta berupaya mencari kedamaian dan kenyamanan hidup.

Kita tetap berproses hingga mampu menemukan apa yang harus menjadi tujuan dan impian dalam hidup.

Menjalani hidup dengan penuh kekuatan dari dalam diri memampukan kita untuk tetap tegar kendatipun pelbagai tantangan-persoalan hidup yang datang menghampiri.

Tak dapat dipungkiri, pelbagai persoalan membuat setiap orang lemah dan tersesat, tetapi kita tidak ingin kehidupan yang sedang dijalani berpasrah pada takdir. Kita tetap berjuang hingga mampu membuktikan kepada semua orang bahwa kehidupan kita pantas untuk diceritakan bahkan diteladani.

Akankah secuil niat sederhana mampu mendongkrak perjalanan hidup dalam usaha/upaya menemukan titik akhir dalam petualangan ini.

Jangan pernah berhenti bermimpi untuk menggenggam kebahagiaan sepenuhnya.

Kita mesti berjanji untuk mengalami kebahagiaan itu.

PEMILU : ARENA PEMBUKTIAN KAUM MUDA

Tidak dapat dipungkiri, kaum muda adalah resimen penggerak yang bermodalkan jiwa petarung-pemberani dan terbukti dalam semangat menciptakan ide kreatif serta gebrakan baru. Sejarah mencatat tekanan yang dilakukan kaum muda berbuah lengsernya soeharto pada Mei 1998. kaum muda melihat kebijakan ekonomi Soeharto mengancam kedaulatan bangsa. Mereka melihat pembangunan ekonomi yang mengandalkan kekuatan modal asing menyebabkan perekonomian indonesia dikuasai asing. Perlu diapreasiasi bahwa gebrakan kaum muda tersebut gambaran semangat nasionalis. Tak sedikit orang yang berasumsi bahwa apa yang ditampilkan oleh mereka adalah kegilaan. Sadar atau tidak, perubahan itu harus diawali dengan kegilaan tetapi dapat dipertanggungjawabkan. Dalam tahap ini, kaum muda telah menunjukan identitasnya sebagai agen of change.

Sejak awal kaum muda dinilai sebagai kelompok berpengaruh dalam memperjuangkan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh sebab itu, kaum muda mendapat peran dan tanggung jawab social untuk perkembangan suatu komunitas masyarakat bahkan bangsa.  maka perubahan dalam paradigma mereka dikatakan sebagai pembuktian dan puncak pencapaian.

Berbicara pemilu dalam pemahaman makro merupakan pembicaraan mengenai pembangunan kehidupan politik, masyarakat beserta pelbagai kepentingannya. Jika kaum muda tidak menyadari akan pentingnya hal ini berarti secara tidak langsung kita belum mampu mengaktualisasikan diri yang berujung  pesimis akan adanya perubahan.

Pemilu menjadi ladang bagi kaum muda untuk membuktikan diri sebagai agen perubahan. Karena itu, kaum muda harus memiliki tekad serta aksi dalam membangun kepedulian tentang pentingnya berpartisipasi dalam bidang politik melalui penggunaan hak suaranya. Kaum muda dalam hal ini; mahasiswa, pekerja muda hingga eksekutif muda hendaknya memiliki kesadaran akan pentingnya suara mereka dalam pemilu. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada pemilu mendatang ini jumlah pemuda mempunyai hak pilih bisa mencapai 40 sampai 42 persen. Ini berarti secara kuantitas kaum muda mempunyai pengaruh besar dalam hasil pemilu.

Selain pemberian suara, kaum muda sebagai aktor berintelek diharapkan mampu secara rasional menilai tokoh ideal yang kemudian dapat menjadi pemimpin bangsa. Jika kita salah dalam memilih berarti suara kita menjadi sia-sia dan menodai identitas sebagai pegiat pembaharu.

Pemilu menjadi arena pengaktualisasian diri kaum muda sebagai creator perubahan demi pembangunan kehidupan politik dan pembangunan bangsa. Namun bila kita tengok potret peran dan partisipasi kaum muda dalam bidang politik sangatlah minim. Tinggal segelintir kaum muda yang peduli dan bergerak dalam bidang ini. Bahkan ada yang berasumsi bahwa jika berpartisipasi dalam bidang politik hanya akan menghabiskan waktu dan tenaga. Hal ini menggambarkan pudarnya animo kaum muda dalam memperjuangkan perubahan.

Jika sikap pesimis terus bertumbuh dalam jiwa kaum muda tentu akan menjadi hambatan dan tantangan terbesar dalam membangun kehidupan politik yang lebih sehat mengingat predikat kaum muda sebagai resimen penggerak. Sudah saatnya kaum muda bertindak dan tetap mengobarkan semangat dalam memperjuangkan kehidupan politik yang sehat demi perkembangan bangsa dan kepentingan masyarakat keseluruhan dengan memberikan suara dalam pemilu dan cerdas dalam memilih.

Mengenal Ideologi Pancasila dan Beberapa Ideologi Bangsa di Dunia

 

BAB I 

PENDAHULUAN

 Banyak macam ideologi di dunia ini. Hampir masing-masing negara mempunyai ideologi tersendiri yang sesuai dengan negaranya. Karena ideologi  merupakan dasar atau ide atau cita-cita negara tersebut untuk semakin berkembang dan maju. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, ideologi negara tersebut tidak boleh hilang dan tetap menjadi pedoman dan tetap tertanam pada setiap warganya.

Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu (bandingkan Weltanschauung), secara umum (lihat Ideologi dalam kehidupan sehari hari) dan beberapa arah filosofis (lihat Ideologi politis), atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh anggota masyarakat. Tujuan untama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga membuat konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit setiap pemikiran politik mengikuti sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir yang eksplisit.

Ideologi Negara Indonesia adalah Pancasila. Ideologi pancasila ini dijadikan sebagai pandangan hidup bagi bangsa Indonesia dalam mengembangkan negara Indonesia dalam berbagai aspek. Dengan  ideologi inilah bangsa Indonesia bisa mencapai kemerdekaan dan bertambah maju baik dari potensi sumber daya alam maupun sumberdaya manusianya. Namun, dengan seiring berjalannya waktu, semakin maju zaman, dan semakin maju teknologi seolah-olah ideologi pancasila hanya sebagai pelengkap negara agar tampak bahwa Indonesia merupakan sebuah negara yang merdeka dan mandiri.

Banyak tingkah laku baik kalangan pejabat maupun rakyatnya bertindak tidak sesuai dengan ideologi pancasila. Ada beberapa faktor mengapa bangsa kita sedikit melenceng dari ideologi pancasila. Selain berkembangnya ideologi-ideologi luar atau selain pancasila tetapi juga bangsi Indonesia kurang mengerti ideologinya bahkan tidak tahu sama sekali. Oleh karena itu penulis membuat makalah ini dengan judul “Mengenal Ideologi Pancasila dan Ideologi Luar ” agar selain kita mengenal ideologi kita dan bertindak sesuai dengan ideology, kita juga mengenal sekaligus memahami ideology luar.

 

 

BAB II 

IDEOLOGI PANCASILA

 

2.1. Hakikat Ideologi Pancasila

Sebagai Ideologi, pancasila mencangkup pengertian tentang ide, gagasan, konsep dan pengertian dasar tentang kehidupan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia. Kelima sila Pancasila merupakan kesatuan yang integral sehingga pemahaman dan pengamalannya harus mencangkup semua nilai yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap Pancasila adalah sebagai berikut:

  1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa: Mengandung nilai spiritual, memberikan kesempatan yan seluas-luasnya kepada semua pemeluk agama dan penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk berkembang di Indonesia.
  2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab: Mengandung nilai kesamaan derajat maupun hak dan kewajiban, cinta-mencintai, hormat-menghormati, keberanian membela kebenaran dan keadilan, toleransi, dan gotong royong.
  3. Sila Persatuan Indonesia: Dalam masyarakat Indonesia yang pluralistik mengandung nilai persatuan bangsa dan persatuan wilayah yang merupakan faktor pengikat yang menjamin keutuhan nasional atas dasar Bhineka Tunggal Ika. Nilai ini menempatkan kepentingan dan keselamatan bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
  4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan atau Perwakilan: Menunjukan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat yang diwujudkan oleh persatuan nasional yang nyata (real) dan wajar. Nilai ini mengutamakan kepentingan Negara dan bangsa dengan mempertahankan penghargaan atas kepentingan pribadi dan golongan, musyawarah untuk mufakat, kebenaran, dan keadilan.
  5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: Mengandung nilai keadilan, keseimbangan antara hak dan kewajiban, penghargaan terhadap hak orang lain, gotong royong dalam suasana kekeluargaan, ringan tangan dan kerja keras untuk bersama-sama mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

2.2. Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Yang dimaksud dengan sistem adalah satu-kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu, lazimnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
  • Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan sistem)
  • Saling berhubungan, saling ketergantungan
  • Satu kesatuan yang utuh antara bagian-bagiannya.
  • Terjadi dalam suatu lingkaran yang komplek.

2.3. Nilai Pancasila

Keterbukaan Ideologi pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya, tetapi mengeksplisitkan wawasan secara lebih konkret sehingga memiliki kemampuan yang reformatif untuk memecahkan berbagai masalah aktual yang senantiasa berkembang seiring dengan aspirasi rakyat, perkembangan iptek, serta zaman. Eksplisitasi dilakukan dengan menghadapkannya pada berbagai masalah yang selalu silih berganti melalui refleksi yang nasional sehingga terungkap makna operasionalnya. Dengan demikian, penjabaran Ideologi dilaksanakan dengan interpretasi yang kritis dan rasional.

2.3.1. Nilai Dasar Pancasila

Nilai dasar meliputi hakikat kelima sila Pancasila, Nilai-nilai dasar tersebut merupakan esensi dari sila-sila Pancasila yang bersifat universal sehingga dalam nilai dasar tersebut mengandung cita-cita, tujuan dan nilai-nilai yang baik dan benar. Sebagai Ideologi terbuka, nilai dasar inilah yang bersifat tetap dan melekat pada kelangsungan hidup Negara. Nilai ini meliputi   arahan, kebijakan, strategi, sasaran, serta lembaga pelaksanaannya. Dan merupakan eksplisitasi, yaitu penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai dasar Ideologi pancasila.

2.3.2. Nilai Praktis

Merupakan nila-nilai instrumental dalam suatu realisasi pengamalan yang bersifat nyata  dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Suatu Ideologi, selain memiliki aspek-aspek yang bersifat ideal yang berupa cita-cita, pemikiran-pemikiran, dan nilai-nilai yang dianggap baik, juga harus memiliki norma yang jelas karena Ideologi harus mampu direalisasikan dalam kehidupan praktis yang merupakan suatu akulturasi secara konkret.

2.4. Peranan Pancasila sebagai Ideologi Nasional

Sebagaimana diuraikan di muka, ideologi mengandung nilai-nilai dasar, norma-norma dan cita-cita yang ingin diwujudkan oleh masyarakat penganutnya. Karena itu, ideologi memiliki peranan sebagai dasar, arah, dan tujuan yang ingin dicapai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2.4.1. Sebagai Dasar

Artinya merupakan pangkal tolak, asas atau fundasi di atas mana semua kegiatan kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara dibangun dan dasar tersebut umumnya berasal dari nilai-nilai yang berkembang dan hidup dalam masyarakat itu sendiri (dimensi realitas). Pancasila sejak awal pembahasannya (sidang BPUPKI tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 dan sidang gabungan tanggal 22 Juni 1945) memang direncanakan untuk dijadikan Dasar Negara. Tanggal 18 Agustus 1945 sidang PPKI menetapkan secara resmi Pancasila sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.4.2. Sebagai Pengarah

Artinya sebagai pengatur dan pengendali kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara berupa norma-norma atau aturan-aturan yang harus dipatuhi agar arah untuk mencapai cita-cita atau tujuan tidak menyimpang (dimensi normalitas). Disini Pancasila menjelmakan diri sebagai pengarah, pengendali di dalam setiap gerak tata kehidupan berbangsa dan bernegara. Peran sebagai pengarah ditunjukkannya pada kedudukan Pancasila sebagai “sumber dari segala sumber hukum” segala peraturan hukum dan perundang-undangan yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.4.3. Sebagai Tujuan

Artinya semua aktivitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada akhirnya mengarah pada suatu tujuan atau cita-cita yang terkandung dalam ideologi yang dipakai. Pancasila sebagai ideologi nasional akan memberikan motivasi dan semangat untuk melaksanakan pembangunan bangsa secara adil dan seimbang untuk mencapai tujuan yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 (dimensi idealitas).

BAB III

IDEOLOGI BANGSA-BANGSA DI DUNIA

3.1. Liberalisme

Mengenai konsep liberalisme, dapat kita tarik beberapa pokok pemikiran yang terkandung di dalamnya, sebagai berikut:

  • inti pemikiran  : kebebasan individu
  • perkembangan : berkembang sebagai respons terhadap pola kekuasaan negara yang absolut, pada tumbuhnya negara otoriter yang disertai dengan pembatasan ketat melalui berbagai undang-undang dan peraturan terhadap warganegara
  • landasan pemikirannya adalah bahwa menusia pada hakikatnya adalah baik dan berbudi-pekerti, tanpa harus diadakannya pola-pola pengaturan yang ketat dan bersifat memaksa terhadapnya.
  • system pemerintahan (harus): demokrasi

3.2. Konservatisme

Hal atau unsur yang terkandung di dalamnya, antara lain:

  • inti pemikiran: memelihara kondisi yang ada, mempertahankan kestabilan, baik berupa kestabilan yang dinamis maupun kestabilan yang statis. Tidak jarang pula bahwa pola pemikiran ini dilandasi oleh kenangan manis mengenai kondisi kini dan masa lampau
  • filsafatnya adalah bahwa perubahan tidak selalu berarti kemajuan. Oleh karena itu, sebaiknya perubahan berlangsung tahap demi tahap, tanpa menggoncang struktur social politik dalam negara atau masyarakat yang bersangkutan.
  • landasan pemikirannya adalah bahwa pada dasarnya manusia lemah dan terdapat “evil instinct and desires” dalam dirinya. oleh karena itu perlu pola-pola pengendalian melalui peraturan yang ketat
  • system pemerintahan (boleh): demokrasi, otoriter.

3.3. Komunisme

Gelombang komunisme abad kedua puluh ini, tidak bisa dilepaskan dari kehadiran Partai Bolshevik di Rusia. Gerakan-gerakan komunisme international yang tumbuh sampai sekarang boleh dikatakan merupakan perkembangan dari Partai Bolshevik yang didirikan oleh Lenin

  • inti pemikiran: perjuangan kelas dan penghapusan kelas-kelas di masyarakat, sehingga negara hanya sasaran antara.
  • landasan pemikiran :
  1. penolakan situasi dan kondisi masa lampau, baik secara tegas ataupun tidak.
  2. analisa yang cendrung negatif terhadap situasi dan kondisi yang ada.
  3. berisi resep perbaikan untuk masa depan.
  4. rencana-rencana tindakan jangka pendek yang memungkinkan terwujudnya tujuan-tujuan yang berbeda-beda.
  5. system pemerintahan (hanya): otoriter/totaliter/dictator

Marxisme

Marxisme, dalam batas-batas tertentu bisa dipandang sebagai jembatan antara revolusi Prancis dan revolusi Proletar Rusia tahun 1917. Untuk memahami Marxisme sebagai satu ajaran filsafat dan doktrin revolusioner, serta kaitannya dengan gerakan komunisme di Uni Soviet maupun di bagian dunia lainnya, barangkali perlu mengetahui terlebih dahulu kerangka histories Marxisme itu sendiri.

Berbicara masalah Marxisme, memang tidak bisa lepas dari nama-nama tokoh seperti Karl Marx (1818-1883) dan Friedrich Engels (1820-1895). Kedua tokoh inilah yang mulai mengembangkan akar-akar komunisme dalam pengertiannya yang sekarang ini. Transisi dari kondisi masyarakat agraris ke arah industrialisasi menjadi landasan kedua tokoh diatas dalam mengembangkan pemikirannya. Dimana eropa barat telah menjadi pusat ekonomi dunia, dan adanya kenyataan di mana Inggris Raya berhasil menciptakan model perkembangan ekonomi dan demokrasi politik.

Tiga hal yang merupakan komponen dasar dari Marxisme adalah :

  • filsafat dialectical and historical materialism
  • sikap terhadap masyarakat kapitalis yang bertumpu pada teori nilai tenaga kerja dari David Ricardo (1772) dan Adam Smith (1723-1790)
  • menyangkut teori negara dan teori revolusi yang dikembangkan atas dasar konsep perjuangan kelas. Konsep ini dipandang mampu membawa masyarakat ke arah komunitas kelas.

Dalam teori yang dikembangkannya, Marx memang meminjam metode dialektika Hegel. Menurut metode tersebut, perubahan-perubahan dalam pemikiran, sifat dan bahkan perubahan masyarakat itu sendiri berlangsung melalui tiga tahap, yaitu tesis (affirmation), antitesis (negation), dan sintesisI (unification). Dalam hubungan ini Marx cendrung mendasarkan pemikiran kepada argumentasi Hegel yang menandaskan bahwa kontradiksi dan konflik dari berbagai hal yang saling berlawanan satu sama lain sebenarnya bisa membawa pergeseran kehidupan social-politik dari tingkat yang sebelumnya ke tingkat yang lebih tinggi. Selain dari itu, suatu tingkat kemajuan akan bisa dicapai dengan jalan menghancurkan hal-hal yang lama dan sekaligus memunculkan hal-hal yang baru.
 3.5. Feminisme

  • Inti pemikiran : emansipasi wanita
  • Landasan pemikiran: bahwa wanita tidak hanya berkutat pada urusan wanita saja melainkan juga dapat melakukan seprti apa yang dilakukan oleh pria. Wanita dapat melakukan apa saja.
  • System pemerintahan: demokrasi

3.6. Sosialisme
Hal-hal pokok yang terkandung dalam Sosialisme, adalah:

  • inti pemikiran : kolektifitas (kebersamaan) (gotong royong)
  • filsafatnya : pemerataan dan kesederajatan bahwa pengaturan agar setiap orang diperlakukan sama dan ada pemerataan dalm berbagai hal antara lain: pemerataan kesempatan kerja, pemerataan kesempatan berusaha,dll.
  • landasan pemikiran : bahwa masyarakat dan juga negara adalah suatu pola kehidupan bersama. Manusia tidak bisa hidup sendiri-sendiri, dan manusia akan lebih baik serta layak kehidupannya jika ada kerja sama melalui fungsi yang dilaksakan oleh Negara.
  • system pemerintahan (boleh): demokrasi, otoriter

3.7. Fasisme

Semboyan fasisme, adalah “Crediere, Obediere, Combattere” (yakinlah, tunduklah, berjuanglah). Berkembang di Italia, antara tahun 1992-1943. setelah Benito Musolini terbunuh tahun 1943, fasisme di Italia berakhir. Demikian pula Nazisme di Jerman. Namun, sebagai suatu bentuk ideology, fasisme tetap ada.

Fasisme banyak kemiripannya dengan teori pemikiran Machiavelistis dari Niccolo Machiavelli, yang menegaskan bahwa negara dan pemerintah perlu bertindak keras agar “ditakuti” oleh rakyat. fasisme di Italia (=Nazisme di Jerman), sebagai system pemerintahan otoriter dictator memang berhasil menyelamatkan Italia pada masa itu (1922-1943) dari anarkisme dan dari komunism. Walaupun begitu, kenyataannya adalah, bahwa fasisme telah menginjak-nginjak demokrasi dan hak asasi.

  • Inti pemikiran : negara diperlukan untuk mengatur masyarakat
  • filsafat : rakyat diperintah dengan cara-cara yang membuat mereka takut dan dengan demikian patuh kepada pemerintah. Lalu, pemerintah yang mengatur segalanya mengenai apa yang diperlukan dan apa yang tidak diperlukan oleh rakyat
  • landasan pemikiran : suatu bangsa perlu mempunyai pemerintahan yang kuat dan berwibawa sepenuhnya atas berbagai kepentingan rakyat dan dalam hubungannya dengan bangsa-bangsa lain. oleh karena itu, kekuasaan negara perlu dipergang koalisi sipil dengan militer yaitu partai yang berkuasa (fasis di Italia, Nazi di Jerman, Peronista di Argentina) bersama-sama pihak angkatan bersenjata
  • system pemerintahan (harus) : otoriter.

3.8. Kapitalisme
Kapitalisme adalah bentuk system perokonomian.

  • inti pemikiran : perkonomian individu
  • fisafat : negara tidak boleh mencampuri kegiatan-kegiatan perekonomian, khususnya menyangkut kegiatan perekonomian perseorangan
  • landasan pemikiran : kebebasan ekonomi yang bersifat perseorangan pada instansi terakhir akan mampu mengangkat kemajuan perekonomian seluruh masyarakat
  • system pemerintahan : demokrasi.

3.9.  Demokrasi
Demokrasi artinya hukum untuk rakyat oleh rakyat. kata ini merupakan himpunan dari dua kata: demos yang berarti rakyat, dan kratos berarti kekuasaan. Jadi artinya kekuasaan ditangan rakyat. Sebenarnya pemikiran untuk melibatkan rakyat dalam kekuasaan sudah muncul sejak zaman dahulu. Di beberapa kota Yunani didapatkan bukti nyata yang menguatkan hal ini, seperti di Athena dan Sparta. Hal ini pernah diungkapkan Plato, bahwa sumber kepemimpinan ialah kehendak yang bersatu milik rakyat. dalam suatu kesempatan Aristoteles menjelaskan macam-macam pemerintahan, dengan berkata,“ada tiga mcam pemerintahan: kerajaan, aristokrasi, republik, atau rakyat memagang sendiri kendali urusannya.”

  • inti pemikiran: kedaulatan ditangan rakyat
  • filsafat : menurut Dr. M. Kamil Lailah menetapkan tiga macam justifikasi ilmiah dari prinsip demokrasi, yaitu:
  • ditilik dari pangkal tolak dan perimabngan yang benar, bahwa system ini dimaksudkan untuk kepentingan social dan bukan untuk kepentingan individu
  • unjustifikasi berbagai macam teori yang bersebrangan dengan prinsip demokrasi
  • opini umum dan pengaruhnya
  • landasan pemikiran. Rakyat membuat ketetapan hukum bagi dirinya sendiri lewat dewan perwakilan, yang kemudian dilaksanakan oleh pihak pemerintah atau eksekutif.
  • system pemerintahan (harus) : domokrasi

3.10. Neoliberalisme

  • Inti pemikiran : mengembalikan kebebasan individu
  • filsafat : sebagai perkembangan dari liberalism
  • landasan pemikiran : setiap manusia pada hakikatnya baik dan berbudi pekerti
  • system pemerintahan : demokrasi.

BAB IV

PERBEDAAN IDEOLOGI PANCASILA DAN IDEOLOGI BANGSA-BANGSA DI DUNIA

Dunia saat ini memasuki era globalisasi, ciri dunia tanpa batas, cenderung homogen (sama), akses infomasi dan komunikasi kian cepat. Selain itu secara langsung maupun tidak langsung banyak ideologi asing yang gencar menerpa masyarakat Indonesia. Hal itu terkadang tidak disadari oleh masyarakat karena kurangnya proses penyaringan (Filterisasi). Pancasila yang merupakan ideologi bangsa Indonesia kian hari kian akut yang jauh dari realitas ideologi ini ada melalui proses perjalanan sejarah yang panjang.

Arus globalisasi tidak hanya ditandai dengan adanya pasar bebas, mesin pengeruk uang, serta adanya kecendrungan strata sosial yang kurang merata. Tetapi lebih dari itu, arus globalisasi juga mampu menanamkan benih-benih ideologi yang kurang pantas diserap berdasarkan konteks masyarakat yang ada diberbagai wilayah tertentu. Proses ini bisa terjadi melalui difusi kebudayaan, perebutan hegemoni perekomian baik secara penguatan geopolitik maupun transformasi kebudayaan yang pada akhirnya suatu bangsa akan mengalami kehilangan identitas jati diri bangsanya. Pancasila sendiri terlahir adanya semangat nasionalisme yang merupakan cikal bakal adanya semangat untuk membangun bangsa yang satu.

Pada dasarnya ideologi pancasila yang kita anut selama ini berdasrkan Demokrasi yang ber-tipologi teosentris bukan pada aspek antroposentrisnya. Tipologi itu berdasarkan azaz-azaz yang termaktub dalam substansi pancasila yakni “Ketuhanan  yang maha Esa”. Namun pada akhirnya seiring arus globalisasi yang kian tak terbendung maka benih-benih liberalisasi dan komunisme merambah pada tatanan masyarakat Indonesia baik secara sistemik maupun sistematis. Produk hukum yang dijadikan sebagai sandaran atas kebijakan umum tidak terlepas dari kepentingan asing yang sengaja menancapkan benih-benih ideologisasi pihak asing, sebagai contoh kebijakan privatisasi BUMN, hal ini bertentangan dengan pasal 33 UUD 1945 (Ekonomi kerakyatan) yang konsisten dengan sila ke-5 “ Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” sebagai respon atas jawaban secara tersurat maupun tersirat penolakan terhadap sistem ekonomi Liberal. Dengan adanya gejala tersebut diatas semakin diperlukan sebuah kajian krtis terhadap pancasila sebagai sumber nilai bagi kehidupan masyarakat Indonesia.

Masyarakat kita diharapkan semakin kritis dalam menentukan pilihan-pilhan pandangan hidup, sikap dan gaya hidupnya (Life style) yang selaras dengan nilai-nilai pancasila sebagai prinsip hidup yang kokoh, orientasi hidup yang jelas dalam bersikap dan berprilaku sehingga tidak terombang-ambing mengikuti arus global.

                                           

 BAB V

PENUTUP

5.1.   Kesimpulan

Dari pembahasan terhadap ideologi-ideologi  di atas, sehingga kiranya diambil kesimpulan sebagai berikut :

  • Pancasila sebagai ideologi nasional dapat diartikan sebagai suatu pemikiran yang memuat pandangan dasar dan cita-cita mengenai sejarah, manusia, masyarakat, dan negara Indonesia, yang bersumber dari kebudayaan Indonesia.
  • Pancasila merupakan nilai dan cita bangsa Indonesia yang tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat kita sendiri.
  • Sumber semangat ideologi terbuka itu sebenarnya terdapat dalam Penjelasan Umum UUD 1945.
  • Keterbukaan ideologi Pancasila terutama ditujukan dalam penerapannya yang berbentuk pola pikir yang dinamis dan konseptual dalam dunia modern.
  • Perwujudan atau pelaksanaan nilai-nilai instrumental dan nilai-nilai praktis harus tetap mengandung jiwa dan semangat yang sama dengan nilai dasarnya.

5.2   SARAN

Pancasila sebagai suatu ideologi yang memuat pandangan dasar dan cita-cita mengenai sejarah, manusia, masyarakat dan negara Indonesia, yang bersumber dari kebudayaan Indonesia yang digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat kita sendiri. Kita sebagai generasi muda penerus bangsa sebaiknya tetap menggunakan dan terus mempertahankan Pancasila sebagai nilai dasar sebagai ciri khas kita sebagai suatu bangsa. Tanpa harus terpengaruh dengan budaya luar (ideologi-ideologi asing) yang terus menerpa bangsa kita ini.

( Sumber : dikumpulkan dari Berbagai Macam Sumber)

 

Kami Memiliki Kesamaan , (Monday, December 22, 2014 1:59 PM)

Perjalanan yang sangat membahagiakan. Kalian telah memberikan banyak hal untuk hidupku. Banyak kisah yang telah kita jalani sulit untuk dilupakan karena kalian telah melukiskan kebersamaan itu dengan sangat indah.

Semua hal yang kita lakukan akan menjadi abadi……….

Tidak ada alasan bagiku untuk tidak mengingatnya, karena kalian pantas sebagai inspirasi hidupku. Inspirasi? Ya………apa yang telah kalian tampilkan sesungguhnya mengajarkanku bagaimana menjadi pribadi, bagaimana cara berelasi dengan sesama, dengan cara apa menyatakannya.

Suasana kebahagiaan yang kita ciptakan saat bersama menjadi moment untuk diceritakan kepada dunia. Dunia perlu tahu kalau kita memiliki kesamaan. Kesamaan? Kesamaannya terletak  pada semangat dan kemauan yang sama untuk  membagi dan menciptakan kedamaian dan kebahagiaan. Mungkin itulah yang dinamakan pencapaian bersama.

Kesamaan lain terletak pada orientasi yang sama yaitu kebahagiaan. Sebuah kebanggaan bagi kami ketika tertawa bersama, bekelakar, saling memberikan petuah, jalan-jalan bareng, dll.

Sepertinya, segala hal yang kita lakukan saat itu kelihatan sederhana tetapi kebahagiaan yang kita raih karena kebersamaan itu sungguh fantastik dan luar biasa.

10863526_877433312301909_307052702_n “Kami adalah Mahasiswa telekomunikasi”

Universitas Nasional Jakarta 

Indahnya sebuah kebersamaan.

Di sanalah tempat yang tepat bagi kami untuk berekspresi. 

Berekspresi liar dan bebas tidak menjadi masalah karena kita perlu adanyaa kebebasan.

Kebebasan menjadi ukuran kualitas dalam menjalani hidup.

Menjalani hidup secara bebas tentunya membiarkan kita untuk berekspresi secara bebas dan liar. 

Hal inilah yang memperjelas indentitas kami sebagai eksistensialis.