Cerita tentang Kekayaan & Harga Diri

Kesa, saya mulai bosan membaca berita di media cetak ataupun di media online yg kerap bercerita tentang biografi orang kaya.

image

Kali ini saya coba mengupas sedikit tentang cerita-cerita seru bahkan panas yang ada dibalik kekayaan dari Orang yang memiliki.

Kekayaan. Semua orang menginginkan & mengejar kekayaan. Termasuk saya pribadi memiliki keinginan yang sama. Dengan berbagai macam cara dan strategi yang dilakukan dalam upaya mewujudkannya. Hampir semua orang bercita-cita ingin memiliki kekayaan yang banyak. Sah-sah saja. Toh, kekayaan dapat membeli segalanya, bisa menyewa kebahagiaan, termasuk membeli harga diri yang hingga detik ini belum bisa menentukan harganya. Kata orang, harga diri itu mahal.

Sejauh pengamatan saya bahwa harga diri itu tak ada harganya tapi lebih berkaitan dengan kualitas dan respek terhadap hidup kita sendiri.

Harga diri, seberapa mahal? I don’t know. Tergantung bagaimana kita memahami dan melihat diri kita sendiri. Anda sendiri yang menentukan harganya.

Eja, saya ingin mengupas beberapa fenomena yang berkaitan dengan memberi penawaran harga diri terhadap orang lain. Sebagian orang ada yang menjual harga dirinya dengan harga yang mahal/eksekutif, harga sedang/bisnis dan harga standar/ekonomi. Kalaupun ada kelas lain berarti kelas Gratis/Training.

Barangkali ada yang ingin mencaritahu bukti dari pernyataan di atas yang berkaitan dengan patokan harga penjualan harga diri dan ada kelasnya.

Saya ingin bercerita beberapa. Di Lingkungan Kampus kita sudah kenal dengan yang namanya “ayam kampus”. Mereka yang menganggap diri sebagai artis kampus kerap menawarkan harga jual tinggi kepada yang berminat. Tidak semua kalangan yang bisa menjangkau harga yang mereka tetapkan. Nah, disinilah letak peran dari kekayaan tadi.

Ada yang pernah cerita bahwa yang sering membooking mereka itu kebanyakan om-om dan opa-opa dengan gaya khas dengan menunggang Moge bermerek & mobil antik. Mereka tidak pernah menanyakan harga. Langsung angkut. Berapa saja yang diminta, segitu harganya. Tidak nego-nego lagi. Mereka melakukan itu demi kesenangan dan kebahagiaan. Yaa emang, kekayaan bisa menyewa kebahagiaan.

Cerita yang kedua. Tanta-Tanta juga tidak mau kalah dari Om2 atau Opa2. Tak sedikit orang “pria dengan sebutan gigolo” yang gemar menyenangi & membahagiakan Tanta2 dengan cara khas mereka. Mungkin mereka sudah belajar banyak bagaimana cara menyenangi peminat. Harganya juga cukup mahal. Ada yang sudah pernah cerita di saya tentang mekanisme permainannya. Nah, kenikmtan atau kebahagiaan bisa disewa juga.

Cerita yang ketiga. Coba tengok yang berjejeran di rel kereta. Dengan harga yang minim mereka bisa dipakai dengan harga nego. Harganya tergantung kesepakatan dan kemampuaan si pekerja dalam mempromosikan dirinya. Dengan alasan yang sama, mereka berani untuk membeli atau menyewa kesenangan.

Untuk yang keempat yaitu kelas Gratis. Mungkin ada yang kaget dengan istilah ini. Kok ada yang gratis. Yaaa ada. Banyak anak muda, pelajar yang tergoda dan cari tahu kenikmatan dengan melakukan itu. Hal yang mendasar, kemungkinan besar lingkungan, pendidikan dari keluarga, kurangnya perhatian dari orang tua juga yang menyebabkan mereka bebas untuk bereksplorasi.

Semuanya dilakukan demi kesenangan. Rela membayar mahal demi mendapatkan kenikmatan sesaat. Tadi disebutkan kekayaan dapat membeli apa saja, bisa menyewa apa saja. Harga diri pun menjadi korban, entah dia sebagai penawar ataupun peminat, berdasarkan cerita yang telah dikupas. Harga diri pun jatuh dan tak bernilai. Itulah beberapa cerita negatig yang ada dibalik kekayaan.

Beragam cara dilakukan demi harga diri agar dipandang. Termasuk dengan menjual harga diri demi harga diri itu sendiri. Semua orang menginginkan duit banyak (kekayaan). Duit ada banyak berarti masih memiliki harga diri, meskipun dengan cara menjual harga diri.

Mungkin kita sedang bermimpi jika beberapa cerita negatif di atas bisa dilenyapkan. Tapi apa mungkin. Bisa jadi.

Solusi saya sebagai orang awam, barangkali perlu diberi pemahaman yang radikal. Persoalan utamanya adalah tak sedikit orang Ingin memiliki duit demi harga diri dengan menjual harga diri. Sedangkan orang yang memiliki kekayaan dengan mudah menjual harga diri dengan membeli kenikmatan, menyewa harga diri orang lain.

Harga diri anda tetap sajaa tak bernilai, Jika memang kasusnya seperti cerita yang di atas.

Jangan pernah menjual harga diri demi harga diri. Sebaliknya, jangan menjual harga diri dengan menyewa harga diri orang lain.

Semuanya karena ingin memiliki duit dan kelebihan duit, demi harta dan karena memiliki banyak harta. Itulah cerita dibalik Kekayaan.
Manfaatkan kekayaan yang ada dengan cara mengangkat harga diri orang lain melalui kegiatan amal, pelatihan, workshop dll dengan gratis tapi bukan dengan cara menyewa dan menjatuhkan harga diri orang lain.

See you next timee 🙂